Diskusi Publik Mutasi Yang Transparan Demi Melahirkan Figur Profesional di Polri

Diskusi Publik Mutasi Yang Transparan Demi Melahirkan Figur Profesional di Polri
Pada hari Jum’at, 27 Mei 2011 sekitar pukul 16.00 WIB s/d 18.00 WIB diselengarakan sebuah diskusi publik yang menyoroti tentang transparansi mutasi di lingkungan Polri yang diselenggarakan oleh PWI Pusat dan Indonesian Police Watch di kantor PWI Pusat Gedung Dewan Pers Kebun Sirih Jakarta Pusat. Hadir sebagai pembicara dalam diskusi ini adalah Prof. Awaluddin Djamin sebagai salah satu senior polisi, Brigjend. Pol. Drs. Mustafa Hary Kuncoro, M.Si, Neta Pane yang biasa dikenal cukup vokal dalam mengkritisi Polri untuk kebaikan dan salah satu perwakilan dari wartawan senior. Diskusi ini diikuti oleh para undangan seperti beberapa perwakilan dari beberapa Universitas yang ada di Jakarta, Mahasiswa PTIK, beberapa media baik cetak dan elektronik dan beberapa pengamat serta wartawan muda maupun senior.
Dalam acara pembukaan yang disampaikan oleh mewakili Ketua PWI Pusat dalam hal ini diwakili oleh wartawan senior Bapak Tarman Azam diantaranya menyampaikan bahwa Polri itu milik kita semua bukan milik Polri saja, karena itu kita peduli untuk melihat polisi khususnya bagaimana kaderisasi dalam pemilihan kepemimpinan di lingkungan Polri.
Para Nara Sumber seperti Bapak Prof. Awaluddin Djamin mengemukakan tentang kepemimpinan secara umum di negara ini dan kepemimpinan di lingkungan Polri yang tidak dapat dilepaskan dengan manajemen dan administrasi.

Pada saat Presiden pertama R.I Ir. Soekarno dalam pembukaan Lemhanas mengemukakan mengapa perlu dibangun Lemhanas adalah untuk melahirkan national leaders. Masalah di negara ini adalah diawali oleh masalah kepemimpinan. Gap atau kesenjangan yang terjadi antara negara adalah disebabkan masalah manajemen atau manjerial leadhership. Di Polri ada reformasi tetapi ada beberapa hal yang dirobah tetapi tidak justru lebih baik, itu namuanya sontoloyo. Negarapun saat ini banyak lembaga komisi yang tidak jelas. Menurut nara sumber pelaksanaan tugas kepolisian itu yang dilaksanakan secara khoherensif ada pada tingkat Polres, karena itu beliau menamakannya Polres sebagai KOD atau Komando Operasional Dasar.
Merosotnya Polri dikarenakan merosotnya pelaksanaan tugas khas profesional Polri seperti Intelijen, Reskrim, Sabhara, Lalu Lintas dan fungsi Bimmas dan disebabkan oleh lemahnya kemampuan manajerial atau manejerial leadhership.

Nara sumber dari SSDM Polri yang diwakili oleh Karo Binkar SSDM Polri Brigjend. Pol. Drs. Mustafa Hari Kuncoro, M.Si menyampaikan antara lain bahwa Biro Pembinaan Karier didalamnya ada beberapa bagian, yaitu bagian pangkat, tugas khusus, info personil, penilaian kompetensi dan bagian mutasi dan jabatan. Transparansi pemutasian personil Polri saat ini sudah jauh berubah dari yang lama, dulu belum ada uji kompotensi tetapi saat ini kita sudah ada bagian uji Kompetensi untuk melihat bagaimana kompetensi personil Polri. Saat ini Polri cukup banyak memiliki para psikolog yang digunakan  untuk melihat bagaimana kejiwaan para anggota Polri dan calon pimpinan di lingkungan Polri. Saat ini baik polri dan pegawai negeri sipil Polri berjumlah lebih dari 420 ribu orang dan memenej orang sebegitu besar tidaklah mudah dan karena itu ada pendelegasian wewenang dalam pembinaan karier anggota dan PNS Polri. Proses jalanya mutasi harus ada usulan dari satuan kerja atau Satker personil tersebut atau karena memang sudah lama diatas dua tahun di suatu jabatan. Kemudian kita mintakan persyaratan dari Propam jika ada catatan, kemudian dibawa ke forum pra wanjak yang anggotanya para perwira senior Polri berpangkat bintang tiga. Pra wanjak dipimpin oleh Wakapolri untuk kemudian baru dibawa ke Wanjak.
Nara sumber Bapak Neta Pane menyampaikan bahwa awal diskusi ini dikarenakan polisi banyak dicerca oleh masyarakat, yang kemudian dikesankan bahwa yang muter-muter dalam promosi jabatan di lingkungan Polri orangnya hanya tertentu saja atau itu-itu saja. Organisasi Yang diuntungkan oleh era reformasi ini salah satunya adalah polisi seperti misalnya anggaran yang meningkat signifikan, jenderal bintang tiga dan yang lain semakin banyak serta jumlah personil juga semakin banyak, tetapi disatu sisi masyarakat tidak merasakan hasilnya. Kinerja Polri selama ini yang dapat di apresiasi cuma bidang narkoba dan Densus 88 walaupun belakangan Densus 88 sudah mendapat cercaan dari sebagian masyarakat. Kondisi saat ini Polisi makin banyak dilawan oleh masyarakat, ada diantara mereka yang ditabrak atau tertabrak oleh pengguna lalu lintas dan ada juga dianatara mereka yang ditembak oleh orang yang tidak suka dengan polisi. Ini suatu fenomena tertentu, ini perlu dicermati oleh kita yang kemungkinannya dikarenakan sistim mutasi yang  dilingkungan Polri yang tidak baik dan tidak transparan. Akibat sisem yang tidak jelas ini menyebabkan Polisi dibawah jadi bingung karena mutasi yang tidak transfaran pada level atas. Belakangan disinyalir orang-orang partai sudah menitip calon-calon jenderal untuk jabatas strategis tertentu, apalagi pemilu atau pemilu kada tidak lama lagi. Diprediksi oleh nara sumber Neta Pane ini bahwa pada tahun 2014 atau menjelang 2014 Polri akan sangat rawan menghadapi masalah ini.

Semoga Polri akan semakin baik dengan adanya upaya-upaya transparansi dalam berbagai hal termasuk masalah pembinaan karier para insan bhayangkara tersebut. Dalam akhir diskusi Brigjend. Pol. Drs. Mustafa Hary Kuncoro, M.Si mengundang para nara sumber yang lain maupun para kritikus yang peduli pada Polri untuk berkunjung ke kantor beliau di SSDM Polri untuk melihat bagaimana kerja mereka yang dilakukan secara transparan seperti misalnya dengan adanya uji kompetensi untuk para senior commander di lingkungan Polri.

Semoga kebaikan itu akan segera terujud.

Zulkarnain, staf Divhumas Polri.

News